Ketika Anak Kelas Tinggi Masih Kesulitan Membaca
Ketika Anak Kelas Tinggi Masih Kesulitan Membaca: Jangan Menyerah, Ini yang Bisa Kita Lakukan
Bayangkan seorang anak kelas 5, duduk diam di pojok kelas, matanya menunduk saat guru meminta satu per satu siswa membaca lantang. Ketika gilirannya tiba, ia membaca dengan perlahan, terbata, bahkan sering salah menyebutkan huruf. Teman-temannya mulai gelisah, beberapa tertawa kecil, dan ia makin terdiam. Di balik kesulitannya membaca, ada cerita yang lebih dalam—dan sebagai pendidik atau orang tua, kita perlu menaruh perhatian lebih pada kisah semacam ini.
Mengapa Anak Kelas Tinggi Masih Belum Lancar Membaca?
Pada usia 10–12 tahun, sebagian besar anak telah memiliki kemampuan membaca yang cukup untuk memahami buku teks, menyusun laporan sederhana, atau mencari informasi dari berbagai sumber. Namun, masih ada anak-anak yang belum lancar membaca di usia ini. Kondisi ini tidak muncul tiba-tiba. Ada berbagai faktor yang bisa menjadi penyebabnya:
- Kurangnya Stimulasi DiniAnak-anak yang tidak mendapatkan cukup rangsangan bahasa saat balita misalnya dibacakan buku, diajak berdialog, atau dikenalkan huruf secara menyenangkan cenderung memiliki perkembangan literasi yang lebih lambat.
- Metode Pembelajaran yang Tidak SesuaiTidak semua anak cocok dengan satu pendekatan belajar membaca. Ada yang lebih mudah belajar dengan metode fonik, sementara yang lain lebih terbantu dengan metode global atau gabungan.
- Gangguan Belajar seperti DisleksiaAnak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam memproses simbol huruf dan suara. Mereka bukan anak malas atau bodoh, tapi butuh pendekatan yang berbeda dan dukungan berkelanjutan.
- Kondisi Sosial dan EmosionalAnak yang mengalami stres di rumah, kurang mendapat perhatian, atau bahkan menjadi korban kekerasan emosional bisa mengalami hambatan dalam fokus dan motivasi belajar.
- Kurangnya Kesadaran dan Deteksi DiniBanyak guru dan orang tua baru menyadari ada masalah ketika anak sudah kelas 4 atau 5. Padahal, jika disadari lebih awal, intervensi bisa dilakukan sejak dini.
Apa Dampaknya Jika Dibiarkan?
Kesulitan membaca tidak hanya berdampak pada pelajaran Bahasa Indonesia. Hampir semua mata pelajaran di sekolah dasar menggunakan teks sebagai sumber utama belajar. Akibatnya, anak yang belum lancar membaca akan:
- Tertinggal dalam hampir semua pelajaranIa kesulitan memahami soal matematika, IPA, bahkan PPKn karena semuanya butuh keterampilan membaca.
- Merasa rendah diriAnak mulai membandingkan dirinya dengan teman sekelas yang lebih cepat, merasa “bodoh”, dan akhirnya menarik diri.
- Menunjukkan perilaku negatif
Karena frustasi, anak bisa menjadi pasif, tidak peduli dengan tugas, atau justru menunjukkan perilaku menantang. - Kehilangan motivasi belajar
Ketika terus-menerus merasa gagal, anak bisa kehilangan semangat belajar sepenuhnya.
Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Tidak ada jalan pintas, tapi selalu ada harapan. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan guru dan orang tua secara kolaboratif:
1. Lakukan Asesmen Ulang dengan Lembut dan Tanpa Label
Kenali titik awal kemampuan anak secara detail. Apakah dia sudah bisa menggabungkan suku kata? Apakah dia mengenal kosakata dasar? Ini penting sebagai dasar menyusun strategi pembelajaran selanjutnya.
2. Gunakan Pendekatan Individual dan Multisensori
Latihan singkat dan konsisten lebih efektif daripada sesi panjang yang melelahkan. Gunakan alat bantu visual, gerak tubuh, suara, dan benda nyata. Contoh: membentuk huruf dari lilin, menyusun kata dengan kartu, membaca sambil bergerak.
3. Pilih Bahan Bacaan yang Sesuai Minat dan Usia Emosionalnya
Jangan paksa anak membaca buku cerita panjang yang membosankan. Gunakan komik, cerita bergambar, bacaan humor, atau artikel sains ringan yang sesuai minatnya.
4. Jalin Komunikasi Erat dengan Orang Tua
Sampaikan perkembangan anak secara positif. Bukan dengan kalimat “Anak Ibu masih belum bisa membaca”, tapi dengan pendekatan “Anak Ibu sudah mulai mengenali suku kata dan butuh dukungan rutin di rumah.” Bangun kemitraan, bukan penghakiman.
5. Libatkan Teman Sebaya sebagai Pendamping
Kadang, anak belajar lebih nyaman dari temannya sendiri. Program “tutor sebaya” atau “teman belajar” bisa sangat membantu jika didesain dengan penuh empati.
6. Jangan Ragu untuk Minta Bantuan Ahli
Jika dalam 2–3 bulan intervensi tidak menunjukkan kemajuan signifikan, pertimbangkan rujukan ke psikolog pendidikan atau terapis wicara. Diagnosa seperti disleksia tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan observasi guru.
Setiap Anak Berhak Diajari, dengan Cara yang Tepat
Anak yang kesulitan membaca bukanlah anak yang gagal. Mereka hanya belum menemukan cara belajar yang cocok. Tugas kita adalah menjadi jembatan yang sabar, bukan tembok yang menghakimi.
Mereka mungkin terlambat, tapi bukan berarti tak bisa sampai.
Mereka mungkin tertinggal, tapi bukan berarti tak bisa tumbuh.
Selama masih ada satu orang dewasa yang percaya dan mendampingi, selalu ada harapan bagi anak-anak ini untuk mengejar ketertinggalannya dan bahkan melampaui harapan kita.
Posting Komentar untuk "Ketika Anak Kelas Tinggi Masih Kesulitan Membaca"